Info Center Bidan Ruqiya Hazirotul Qudsiya Alamat: Jalan Lintas Timur Sumatera Puskesmas Mesuji Induk Pematang Panggang Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan Indonesia Situs website https://www.puskesmas-mesuji.blogspot.com

Jumat, 17 Desember 2010

Jenis Imunisasi yang Diwajibkan dan Dianjurkan

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kalimat ini cocok benar untuk menggambarkan fungsi imunisasi. Tetapi, mengapa orangtua masih kerap abai dengan tindakan penting ini? Mana sajakah imunisasi yang wajib, dan mana pula yang tidak?

Banyak orangtua yang menyesali kelalaiannya ketika anak sakit. Tahun lalu, misalnya, orangtua panik karena banyak anak di Indonesia terkena Polio. Sampai-sampai pemerintah perlu mencanangkan “Indonesia Bebas Polio”. Peristiwa itu seakan “membangunkan” kita akan pentingnya imunisasi, terutama bagi balita.

articles_printing_xviii_987_pictures_28244_28244-w200.jpg Khusus untuk infeksi, menurut Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K) dari Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, tren di dunia bukan lagi soal pengobatan, tapi pencegahan. “Kalau kita tunggu anak sakit dulu, biayanya jadi tinggi sekali. Belum nanti antibiotikanya enggak mempan, kita harus pakai antibiotik yang makin canggih, sehingga tentunya makin mahal. Belum lagi harus dirawat di rumah sakit, bahkan sampai orangtuanya enggak bisa kerja. Kalau semua itu dihitung-hitung, jauh lebih mahal dari biaya vaksin,” ujar Sri.

Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak, yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sedangkan tujuh jenis lainnya dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit. “Wajib itu artinya semua anak yang tinggal di Indonesia wajib diberikan lima jenis imunisasi untuk mencegah tujuh jenis penyakit,” kata Sri yang juga Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Apa saja, sih, imunisasi wajib tersebut?

BCG
Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC. Jika bayi sudah berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.

Hepatitis B
Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.

Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah karena telah memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia dari penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

DTP
DTP diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Tetanus, dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI.

Campak
Campak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan pada program BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun.

Ketujuh penyakit tersebut harus dicegah dengan imunisasi secara wajib. Mengapa? “Karena penyakit-penyakit tersebut yang menimbulkan kematian, cacat, serta pasiennya juga paling banyak.” Setiap negara akan berbeda apa yang diwajibkan, tergantung kondisinya. “Misalnya TBC, di Amerika mungkin sudah enggak ada TBC, jadi anak-anak di sana enggak perlu lagi dikasih imunisasi BCG. Begitu juga jika kita membawa bayi ke New York, misalnya, Pneumokokus mungkin menjadi wajib di sana,” jelas Sri.

Kondisi Harus Fit
Selain tujuh penyakit yang wajib dicegah, ada penyakit-penyakit lain yang bisa dicegah dan ada imunisasinya. “Yang ini sifatnya dianjurkan, tergantung orangtuanya.” Kalau yang wajib, pemerintah memberikan secara cuma-cuma, jika datang ke instansi kesehatan yang ada di pemerintah, misalnya rumah sakit pemerintah, posyandu, dan puskesmas, kecuali ke dokter swasta, ya, harus bayar. “Tapi kalau yang dianjurkan, tidak diberikan secara cuma-cuma,” ujar Sri. Vaksin-vaksin tersebut adalah Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela.

Hib dan Pneumokokus (PCV) mencegah penyakit paru-paru dan radang otak. Vaksin diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval dua bulan, sebanyak 3 kali. Imunisasi Hib kemudian diulang saat anak berumur 15-18 bulan, sedangkan PCV diulang saat anak berusia 12-15 bulan.

Vaksin Influenza dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat terus diberikan hingga dewasa. MMR merupakan pengulangan vaksin campak, ditambah dengan Gondongan dan Rubela (Campak Jerman). Diberikan saat anak usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia 6 tahun.

Tiga vaksin lain yang dianjurkan adalah Tifoid untuk mencegah Typus, Hepatitis A, dan Varisela untuk mencegah penyakit cacar air. Tifoid dan Hepatitis A diberikan pada anak usia di atas 2 tahun. Tifoid dapat diulang setiap 3 tahun, sedangkan Hepatitis A hanya diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan. Varisela mulai diberikan saat anak berusia di atas 10 tahun.

Anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Menurut Sri, imunisasi diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit. Jika dimasukkan kuman atau virus lain dalam imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja sangat berat, sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi. “Tapi kalau penyakit ringan seperti batuk-pilek biasa, enggak apa-apa. Kecuali batuk-pilek dengan demam tinggi, ya, jangan. Kalau diare-diare sedikit, juga enggak apa-apa,” jelas Sri.

Yang sangat berbahaya, menurut Sri, jika anak memiliki kekebalan tubuh yang rendah. Misalnya anak itu kena AIDS, atau penyakit berat lain seperti kanker. Berbahaya juga jika anak tengah meminum obat-obat khusus yang menurunkan daya tahan. “Itu enggak boleh. Jika ada anak yang mengalami kondisi-kondisi seperti ini, harus menunggu hingga ia sembuh, minimal hingga kondisinya sedang bagus. Jika sedang minum obat, ditunggu hingga obatnya selesai.”

Sudahkah BALITA kita di IMUNISASI


Imunisasi adalah suatu cara yang dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Pemberian imunisasi sama dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Pemberian imunisasi biasanya dilakukan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh anak masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Pemberian imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak dikemudian hari.

Cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit yang diberikan kepada anak dengan cara disuntikan atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membentuk antibodi. Antibodi itu umumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.

Tujuan Imunisasi:
Untuk memberikan kekebalan kepada anak agar dapat mencegah penyakit dan kematian yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

Manfaat Imunisasi:
1. Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit, serta mendorong pembentukan keluarga yang harmonis dan nyaman dalam hubungan orang tua dan anak.

Dimana mendapatkan imunisasi?
• Pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
• Pada Puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, BKIA atau Rumah Sakit.
• Pada Praktek Dokter atau Bidan.

Imunisasi yang wajib diberikan:

1. BCG ; Vaksin Bacillus Calmete Guerin diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC (Tuberkulosis). Jika bayi sudah berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.

2. Hepatitis B ; Hepatitis B diberikan tiga kali, pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.

3. Polio ; Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengungkan pemerintah karena telah memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia dari penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

4. DTP ; Diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Tetanus, dan Pertusis (Batuk Rejan). Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) SD kelas VI.

5. Campak ; Campak (Tampek) pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan pada program BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun.

Sumber: diolah dari berbagai sumber.

IMUNISASI



Imunisasi, sebuah kata yang sering kita dengar , apalagi jaman orde baru dulu karena program ini dijalankan sangat gencar dan berhasil. Tapi apakah imunisasi itu? Imunisasi berasal dari kata imun yang artinya kebal dari suatu penyakit, akhiran - zation adalah proses dalam membuat. Sehinga imunisasi diartikan menjadi proses membuat kebal terhadap serangan kuman suatu penyakit. Caranya bermacam-macam seseorang mendapatkan kekebalan terhadap penyakit. Dikenal dua macam cara yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain bayi baru lahir menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.

Demikian besar manfaat imunisasi bagi perlindungan terhadap anak namun masih banyak ibu - ibu tidak mau membawa anaknya ke posyandu untuk diimunisasi. Dengan berbagai alasan, takut atau kasihan anak di suntik bahkan banyak yang karena ketidaktahuan. Setelah kita mengetahui pentingnya imunisasi marilah kita yang telah mengerti akan hal ini memberikan infromasi dan pengetahuan kepada ibu-ibu lain, sehingga diwaktu yang akan datang semua anak indonesia telah terjangkau oleh imunisasi.


Koreksi Laporan Imunisasi (1)

Kami menyebut laporan imunisasi (1) artinya ini revisi pertama dari koreksi kawan-kawan atas fitur laporan imunisasi yang telah coba diterapkan di daerah. Kami mayakini akan muncul koreksi kembali setelah ini sebagai bentuk aspirasi dari kawan-kawan yang membutuhkannya.Sebelum dilanjutkan, satu poin yang perlu dipahami lagi pada konteks fitur ini adalah bahwasanya fitur ini bukanlah fitur laporan yang sifatnya sudah fix. Pada diskusi hari rabu, 25 Peb’09 di kantor depkes, masalah laporan imunisasi ini dipertanyakan dari mana sumber-nya. Artinya, kembali di tegaskan disini bahwa laporan ini adalah bentuk pengakomodasian yang sifatnya sementara saja. Fitur Laporan ini sifatnya optional saja. Kalau dibutuhkan maka silahkan digunakan tetapi jika dirasa tidak perlu maka abaikan saja.
Berikut ini adalah contoh laporan imunisasi yang kami ambil dari database ppwskia di puskesmas Selomerto Kabupaten Wonosobo yang kami peroleh saat kegiatan mini university.

Laporan Imunisasi (Komulatif) Desember 2008 Puskesmas Selomerto

Laporan Imunisasi (Komulatif) Desember 2008 Puskesmas Selomerto

Untuk mendapatkan laporan seperti diatas maka langkah-langkahnya adalah:

  1. Download file LapImunisasi.rar yang ada pada BOX KARTINI
  2. Setelah berhasil maka lakukan ekstrak file dengan menggunakan program winrar atau winzip. Untuk diketahui besarnya file pemeriksaan.rar adalah 768 kb dan setelah di ekstrak menjadi 2,3 Mb
  3. Hasil ekstrak file adalah file dengan ekstension dinamyc library (dll) atau file-nya bernama LapImunisasi.dll
  4. Copy file pemeriksaan.dll ke direktori c:\Program files\kartini. Jika ada alert yang mengatakan bahwa file tersebut sudah ada maka lakukan langkah replace atau kalau di window Vista anda pilih Copy and Replace.
  5. Jika sudah berhasil mengcopy maka silahkan anda coba hasilnya dengan membuka fitur Laporan Imunisasi

Selamat Mencoba dan kami mohon maaf atas adanya kesalahan ini. Terima Kasih.

Cakupan Imunisasi Hepatitis B
Rabu, 14 Juli 2004 | 10:11 WIB

Cakupan
Imunisasi Hepatitis B



Anak Saya Sakit Setelah Diimunisasi

Dear PIO,
Saya ingin bertanya, setelah mendapat imunisasi anak saya panas dan pada lokasi suntikan terjadi pembengkakan keras. Apa hal tersebut wajar? Tindakan apa yang harus saya lakukan karena saya sangat khawatir terhadap kondisi kesehatan anak saya? Terima kasih atas jawaban yang diberikan. Semoga PIO semakin jaya.
Ibu Sukamti, Klaten

Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan Ibu Sukamti

Pekan Imunisasi Nasional

Pekan Imunisasi Nasional

Pada umumnya, setelah imunisasi terjadi reaksi-reaksi umum. Tidak semua imunisasi menimbulkan reaksi yang berlebihan. Reaksi umum ini biasanya bersifat ringan, terjadi tidak lama dan hanya berlangsung sebentar. Reaksi umum ini biasanya tidak membutuhkan perawatan.

Reaksi-reaksi umum ini dapat berupa:
** Demam ringan bisa muncul dari semua suntikan. Suntikan apapun dapat menyebabkan rasa sakit, kemerahan, rasa gatal, pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan selama satu sampai dua hari.
** Benjolan kecil dan keras selama beberapa minggu atau bulan.

Hal yang perlu dilakukan ketika terjadi reaksi umum yaitu:
- Taruhlah kain basah dan dingin pada bekas suntikan.
- Beri lebih banyak minuman.
- Bila badan si anak panas, jangan kenakan pakaian berlebihan.
- Parasetamol dapat digunakan untuk meringankan rasa tidak enak badan, dan demam tinggi (harap baca label untuk pemakaian yang tepat)

Sedangkan untuk reaksi berat, dapat berupa peradangan dan pembengkakkan anggota badan, kejang-kejang, muka pucat, rasa gatal pada kulit, kesulitan bernafas, diare, muntah-muntah, rasa loyo, serta kehilangan konsentrasi. Apabila hal tersebut terjadi, harap segera menghubungi dokter untuk memperoleh penanganan medis. Reaksi ini dapat muncul 15 menit setelah penyuntikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk tetap tinggal di klinik setelah imunisasi dan tidak perlu malu untuk bertanya pada petugas imunisasi. [Dhaniar, Sumber:

Jadwal Imunisasi