Info Center Bidan Ruqiya Hazirotul Qudsiya Alamat: Jalan Lintas Timur Sumatera Puskesmas Mesuji Induk Pematang Panggang Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan Indonesia Situs website https://www.puskesmas-mesuji.blogspot.com

Kamis, 10 Juni 2010


THE QUINT ZUBETH































HOMEPAGE KEBIDANAN

http://www.bidan-indonesia.blogspot.com
zubeth09@gmail.com

:


Email Google: zubeth09@gmail.com




Media Transfer Data Up to 100 Mb: http://rapidshare.com

Personal Homepage :






www.dxzone.com
Amateur Radio Search Engine

Created & Design by zubeth. Copyright © 2010 kebidanan Sumatera Selatan - Kayuagung . All rights reserve


MAKALAH IMUNISASI DAN VAKSIN

IMUNISASI DAN VAKSINASI
A.IMUNISASI
1. PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
2. TUJUAN IMUNISASI
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
3. JENIS-JENIS IMUNISASI
Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.organisasi.org/arti-definisi
a.IMUNISASI BCG
Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin
• Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan
• Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan
Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu <> 2 bulan ® tes tuberkulin (Mantoux)
• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC
• Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intra kutan
• Pembacaan dilakukan setelah 48 – 72 jam penyuntikan
• Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.
• <> 10mg/ml
• Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997

Efek samping
• Demam ringan
• Perasaan tidak enak pada pencernaan
• Rekasi nyeri pada tempat suntikan
Tidak ada kontraindikas

Gbr.Obat Hepatitis B Gbr : Virus Hepatitis B
c.IMUNISASI POLIO
• Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah
• Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.
• Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
• Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu
• Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI
• Anak diare ® gangguan penyerapan vaksin.



• Ada 2 jenis vaksin
– IPV ® salk
– OPV ® sabin ® IgA lokal
• Penyimpanan pada suhu 2-8°C
• Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin
• Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen
• Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan penerima vaksin
Kontra indikasi : defisiensi imunologik atau kontak denganny

d.IMUNISASI DPT
Terdiri dari :
– toxoid difteri ® racun yang dilemahkan
– Bordittela pertusis ® bakteri yang dilemahkan
– toxoid tetanus ® racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat
• Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya
• Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil.
• Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.
• Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.
• Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.

Gbr : Penyuntikan DPT Gbr : Sudah di Imunisasi DPT
Reaksi pasca imunisasi:
• Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari ® diberikan anafilatik + antipiretik
• Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi ® demam > 40°C, kejang, syok ® imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau DPaT
Kontraindikasi
• Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang
• Ada riwayat kejang
• Penyakit degeneratif
• Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang, renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat.

e.IMUNISASI CAMPAK
Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.
• Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu.
• Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
• Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat celsius
• Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C
• Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian
Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang






Gbr.Cara Penyuntikan Campak Gbr. Balita yang terkena penyakit campak
Kontraindikasi:
* infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi protein telur, hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, wanita hamil.
* Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal 3 bulan.
* Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak
f.IMUNISASI HIB
• Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B
• Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali
• Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit.
• Dosis 0,5 ml diberikan IM
• Disimpan pada suhu 2-8°C
• Di Asia belum diberikan secara rutin
• Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia.




g.IMUNISASI MMR
Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari:
– Measles strain moraten (campak)
– Mumps strain Jeryl lynn (parotitis)
– Rubela strain RA (campak jerman)
• Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun
• Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain.
Kontra indikasi:
wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur



h.IMUNISASI TYPHUS
Tersedia 2 jenis vaksin:
– suntikan (typhim) ® >2 tahun
– oral (vivotif) ® > 6 tahun, 3 dosis
• Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
• Disimpan pada suhu 2-8°C
• Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B
• Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi
Reaksi pasca imunisasi: demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi tempat suntikan, daire, muntah.

i.IMUNISASI VARICELLA
Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun. Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8°C

Kontraindikasi:
demam atau infeksi akut, hipersensitifitas terhadap neomisin, kehamilan, tx imunosupresan, keganasan, HIV, TBC belum tx, kelainan darah.
Reaksi imunisasi sangat minimal, kadang terdapat demam dan erupsi papulo-vesikuler.


j.IMUNISASI HEPATITIS A
Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang demam, lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu makan

Gbr : Penyuntikan Hepatitis A
4. TEHNIK /CARA PEMBERIAN IMUNISASI
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu umunya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
5. JENIS-JENIS ANTIBODY
1.IgG :
– Komponen utama Ig serum (75%)
– Dapat menembus Placenta
– Terbentuk pada respons sekunder
– Anti bakteri, anti virus, anti jamur

2. IgM :
– Imunoglobulin terbesar
– Respons imun primer
– Mencegah gerakan mikroorganisme sekunder
– Mengaktifkan komplemen
3. IgA :
– Terbentuknya pd rangsangan selaput lendir
– Kekebalan infeksi saluran nafas, pencernaan, urogenitalis
– Fiksasi komplemen, antitoxin, reaksi aglutinasi, anti virus
4. IgD :
– Sangat rendah dalam sirkulasi
– Fungsi belum jelas
5. IgE :
– Sangat sedikit jumlahnya
– Tinggi pada alergi, fiksasi komplemen, infeksi cacing, infeksi parasit
wan penyakit yang mencoba menyerang. astaqauliyah.com.
B.VAKSINASI
1. PENGERTIAN
Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Vaksinasi sering juga disebut imunisasi. (Wikipedia)
Vaksin berasal dari kata Vaccinia yaitu penyebab cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar. Pengertian vaksin itu sendiri adalah bahan antigenic yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.
2. JENIS-JENIS VAKSINASI
Tetanus
Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing, gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat di debu, tanah, lalu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terpotong, luka terbuka, dan luka terbakar. Macam vaksinnya adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan. Vaksinasi tetanus biasanya diberikan sebagai imunisasi dasar pada bayi melalui vaksinasi DPT dan perlu diulang setelah 10 tahun.

Gbr :anus
1. Meningitis meningokokus (Meningokok)
Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (meningokokus). Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan (minum dari gelas yang sama). Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di Indonesia. Biasanya, para calon jemaah haji diwajibkan menjalani vaksinasi ini tiga minggu sebelum keberangkatan. Vaksinnya diberikan dalam bentuk suntikan, dan bertahan di tubuh selama 2-3 tahun.

Gbr : Virus MeningitiS









Tifoid
Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam Tifoid. Penderita akan mengalami panas tubuh yang tinggi (di atas C), sakit kepala, rasa lelah, dan hilang nafsu makan. Gejala lain,40 sakit pada perut, buang-buang air, mual, dan menggigil. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penularan terjadi akibat mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi bakteri. Vaksinnya berupa bakteri yang dimatikan, diberikan melalui
oral (ditelan) atau suntikan (jenis vaksinnya Thyvim A). Satu kali vaksinasi bertahan untuk tiga tahun.






Campak (Measle)
Penyakit yang disebabkan virus ini memiliki gejala demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil berwarna merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit memuncak, suhu tubuh C. Terjadi pembengkakan di sekeliling mata, membuatbisa mencapai 40 penderita silau melihat cahaya terang. Vaksin campak merupakan virus yang dilemahkan, dan diberikan dalam bentuk suntikan.
Parotitis (Mumps) atau gondongan
Parotitis disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita, gejala yang dirasakan lebih hebat. Kebanyakan, orang menderita penyakit ini hanya sekali seumur hidup. Tetapi, sekitar 10% penderita kemungkinan bisa mengalami serangan kedua. Vaksinnya merupakan virus yang dilemahkan, diberikan dalam bentuk suntikan.


Rubella (campak Jerman)
Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam ini biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas. Biasanya diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila infeksi terjadi pada wanita yang sedang hamil muda (tiga bulan pertama) dapat memengaruhi pertumbuhan bayi. Nama vaksinasinya MMR (Measle Mumps Rubella). Vaksinasi ini dianjurkan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika usia wanita mencapai 18 tahun dan disarankan satu kali lagi ketika akan menikah. Bila sudah menerima 2 kali, maka tidak perlu diulang lagi.

Gbr : Virus RUBELLA Gbr : Balita yang Terkena Rubella
Yellow fever (demam kuning)
Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus. Orang yang akan bepergian ke Afrika Selatan wajib menjalani vaksinasi penyakit ini. Serangan ringan demam kuning memberikan gejala mirip dengan flu. Bila lebih parah akan disertai dengan timbulnya rasa mual, muntah-muntah, perdarahan, lalu kulit menjadi kekuningan. Vaksin diberikan dalam bentuk suntikan. Satu kali suntikan bertahan memberi perlindungan selama 10 tahun.




Hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya diawali dengan timbulnya demam selama beberapa hari. Lalu timbul rasa mual, keletihan, dan tetap terasa letih meski telah beristirahat cukup. Urine (air seni) akan terlihat keruh seperti air teh. Bagian putih bola mata dan kuku akan terlihat berwarna kuning. Cara penularannya mirip dengan HIV/AIDS, yaitu melalui darah atau produk darah. Misalnya, lewat transfusi darah yang telah tercemar HVB, penggunaan bersama peralatan yang bisa melukai, seperti jarum suntik, pisau cukur, jarum tindik, jarum tato, sikat gigi yang dipakai oleh penderita HVB (karena bila terjadi luka berarti darah yang menempel di alat tersebut bisa menjadi sumber penularan), dan melalui hubungan seksual. Vaksin diberikan dalam bentuk suntikan, dilakukan tiga kali, yaitu bulan ke-0 (saat pertama penyuntikan), ke-1, dan ke-6. Vaksinasi diulang setelah 5-10 tahun.

Japanese B enchephalitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbulkan infeksi pada otak. Virus dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). Vaksinasi diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28. Dilakukan vaksinasi pendukung setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun.







Rabies
Penyakit infeksi pada otak ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan yang mungkin menularkan rabies adalah anjing, kucing, kelelawar, monyet, dan lainnya. Vaksin diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28. Vaksinasi pendukung dilakukan setahun kemudian. Vaksinasi rabies diulang setiap 5 tahun. Bagi yang belum pernah menerima vaksinasi rabies, penyuntikan dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 28. Penyuntikan dilakukan lagi setelah 3 bulan.





Influenza
Penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga Orthomyxoviridae ini menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi dan kematian yang tinggi pada semua usia. Influenza merupakan penyakit yang cukup berat bila diderita oleh orang berusia lanjut (di atas 65 tahun) serta penderita yang mempunyai penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes mellitus (kencing manis). Karena itu, vaksinasi influenza sangat penting diterima oleh kelompok ini ditambah dengan para penderita asma, gagal ginjal, dan penderita dalam keadaan imunkompromais (orang yang kekebalan tubuhnya menurun karena suatu hal. Misalnya, orang yang harus menjalani cuci darah, penderita HIV/AIDS). Vaksin influenza diberikan setiap tahun disesuaikan dengan virus terbaru yang ada.




ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny ”D” P 10021 DENGAN ABORTUS INCOMPLETE DI BPS SURABAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam negara berkembang pada kehamilan tidak selalu berjalan dengan lancar dan baik, salah satunya terjadi abortus. Sehubungan dengan ini dan mengetahui sedini mungkin tanda-tanda terjadi abortus. Saat ini masih besar matluntt Slager dan Eistman “Abortus terjadi sekitar 10% dari keharnilan, dm abortus terjadi pada bulan ke 2-3 mencapai 80%.

Di Indonesia, bedasarkan undang-undang melakukan abortus buatan dianggap suatu kejahatan, merupakan tindak pidana yang terlasana. Akan tetapi abortus buatan sebagai tindakan pengobatan apabila itu salah satunya kalau untuk menolong jiwa dan kesehatan ibu serta sungguh sungguh dapat dipmggungjawabkan, dapat dibenarkan dan biasanya tidak di tuntut.

Indikasi medis akan berubah-ubah menurut perkembangan ilmu kedokteran untuk melaku kan abortus, ada pula indikasi yang bersifat sosial, medis, hermenier, dan igenetis bukan semata-mata untuk menolong ibu, tetapi juga dengan pertirnbangan keseiamatan anak, jasmani, dan rohani.

Menurut beberapa penelitian, abortus abortus buatan paling banyak dilakukan orang golongan wanita yang bersuami, disebabkan karena banyak anak. tekanan ekonomi, dan sebagainya.

Keputusan untuk melakukan abortus buatan harus diambil oleh sekurang-kurangnya dua orang dokter dengan persetujuan tertulis dan wanita hamil atau suaminya atau keluarganya yang dekat dan dilakukan di suatu rumah sakit yang mempunyai cukup fasilitas untuk menger jakannya.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan mempunyai wawasan yang lebih dalam dan pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan
reproduksi abortus incompletus di BPS surabaya

1.2.2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa akaderni kabidanan dapat:

1. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan abortus incompletus.

2. Menentukan identifikasi masalah klien Melaksanakan pengkajian pada klien dengan
abortus incompletus.

3. Menentukan antisipmi masalah pada klien dengan abortus incornpletus.

4. Menentukan identifikasi kebutuhan segera pada klien dengan abortus incompletus.

5. Menentukan rencaxa asuhan kebidanan disertai resionalisasi dan mengintewensi
pada klien dengan abortus incompletus.

6. Melaksadcan intervensi yang telah dilanukan pada klien dengan abortus
incompletus.

7. Mengevaluasi klien hasil tidakan yang telah dilakukan pada klien dengan abortus
incompletus.

1.3. Ruang Lingkup

Studi kepustakaan, praktek langsung, bimbingan dan konsultasi.

1.4. Metode Penulisan

1. Studi Kepustakaan
Penulis membekaii diri dengan membaca literatur-literatur yang beraitan dengan topik-topik asuhan kebidanan dengan abortus incompletus.

2. Praktek langsung
Dengan memberikan asuhan kebidanan penulis berupaya melakukan pendekatan dan memberikan pelayanan kesehatan pada klien secara langsung.

3. Bimbingan dan konsultasi
Dalam penyusunan asuhan kebidanan ini, penufis melakukan konsultasi dan bimbingan, baik bimbingan ruangan maupun pembimbing pendidikan.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode penuiisan, serta sistematika.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang abortus incompletus dengan tindakan curaretage.

BAB III TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny”S” dengan abortus incompletus.

BAB IV PENUTUP
Dalam Bab ini penulis memberikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan beberapa saran yang dapat berguna bagi sernua pikak.

DAFTAR PUSTAKA.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian

EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Sinopsis Obsetri, Fisiologis, Pathologis : 209).

JEFFCOAT : Abortus adalah pengeiuaran dihasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 rninggu, yaitu fetus belurn viable by low (Sinopsis Obsetris Fisiologi Pathologi : 209)

HOLNER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16 di mana proses plarentasi belum selesai (Sinopsis Obsetris Fisiologi, Pathologi : 209)

2.2. Abortus Imcompletus (Keguguran Bersisa)

2.2.1. Pengertian
Adalah abortus yang ditandai dengan adanya pembukaan cerviks, keluarnya jaringan sebagian dan sebagian masih tertinggal di dalam kandungan serta perdarahan pervaginam dalam jumlah yang banyak (Sarwono Prawirorahardjo, 1999) Adalah sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan. yang tertinggal adalah desidua.plasenta (Sinopsis, Obsetri, Fisiologi, Pathologi : 1998)

2.2.2. Patofisiologi
Perubafian patofisiologi dimulai dari perdarahan pada desidua yang menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut “Bligrted Ovum”.

2.2.2. Gejala-gejala

Yang terpenting adalah :
1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, pendarahan berlangsung terus menerus,
2) Serviks tetap terbuka karena masih ada benda asing didalam rahim, maka uterus &an berusaha mengelwkannya dengan mengadakan kontraksi.
3) Amenorhoe
4) Sakit perut
5) Biasanya berupa stolsel (darah beku)
6) Sering terjadi infeksi
7) Kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan

2.2.3. Penyebab

Pada hamil muda abortus selaiu didahului oleh kematian janin. Kematian janin disebabkan oleh :
1) Kelainan telur (kelainan kromosom : trisomi, poliploid) kelainan telur menye babkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa shingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan pertumbuhan
selain oleh kelainan benih dapat juga disebabkan oieh kelainan lingkungan atau faktor ekstrogen virus, radiasi, zat kimia)

2) Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :

a. Infeksi akut yang berat pneumonia, typaus dan lain-lain, dapat menyebabkan abortus prematum : janin dapat meninggal oleh toxin-toxidkarena penyehuan yang toxis dapat menyebabkan abortus wdaupun janin hidup.

b, Kelainan endoktri, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenja.r gondok.

c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus

d. Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan abortus.

2.2.5. Komplikasi

1) Perdarahan (haemorrogrie)
2) Perforasi
3) Infeksi dan tetanus
4) Payah ginjal akut
5) Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)

2.3. Tindakan Operatif Penanganan Abortusabortion

2.3.1. PengeIuaran Secara digital
Hal ini sering kita laksanakan pada keguguran yang sedang berlangsung dan keguguran yang kadang-kadang berlangsung dan keguguran bersisa. Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembentukan wrviks uteri yang dapat dilalui oleh satu janin longgar dan dm k a m uteri cukup luas, karena manipulasi ini akan menimbul kan rasa nyeri.

2.3.2. Kuretose (kerokan)

Adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.

2.3.3 Vacum kuretase

Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 28 July 2007

I. Pengkajian Data

A. Data Subyektif
1. Identitas

Nama : Ny. “D” Nama Suami : Tn. “A”
Umur :30 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agarna : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ lndonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidlikan : SMEA tamat Pendidikan : STM
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Status kawin : Menikah lx Status kawin : Menikah lx
lamanya 3 tahun lamanya 3 tahun
Alamat : Jl . L .K Surabaya Alamat : Jl. L .K Surabaya

2. Anamnesa
Pada tanggal : 28 juli 2007 Jam : 16 . 30 WIB
I) Alasan utama masuk BPS : Ibu mengatakan keluar flek hitam pada hari sabtu tanggal 28 – 07 – 2007 jam 16.00 WIB

2) Keluhan utarna : ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan darah dari kemaluannya sebanyak setengah kotex sejak tadi pagi puku104.30 WTB.

3) Perasaan (terakhir datangg ke BPS ); cemas dengan keadaannya saat ini.

4) Pengeluaran pervaginam

3. Riwayat kesehatan dahulu

Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit seperti jantung, TBC, asma, hipertensi, demam berdarah.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai penyakit seperti jantung, TBC. asma, hipertensi dan gemelly.

5. Riwayat psikososial dan spiritual

a. Riwayat psikologis
- Pasien mengatakan apakah tidak sakit bila curetage
- Pasien tampak kesakitan karena perut mulas.

b. Riwayat sosial
Hubungan pasien dengan suami, anak dan semua famili serta tetangga baik, pasien tinggal serumah dengan suami dan anaknya.

c. Riwayat spiritual
Pasien memeluk agama Islam dan rajin melakukan sholat 5 waktu.

6. Riwayat kebidanan

a. Riwayat haid
- Menarche : 13 tahun
- Sikius : 28 hari
- Teratur/tidak : teratur
- Dysmenorhae : tidak
- HPHT :19-04-2007

b, Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu

No Tgl Lahir Usia Keha milan Jenis Persalinan Tempat Persalinan Komplikasi Penolong Bayi Nifas Ket
Umur Ibu Bayi PB/BB/Kel Keadaan Keadaan Lact
123 1 thn 2 hr 7 bln

9 bln Spontan

Spontan

Tindakan RS

RS -

- -

- Bidan

Dokteraborsi-14-mgu

Dokter 48 cm/L
1900g

50 cm/P
3150 g

- Sehat

Sehat

- Baik

Baik

- 1 bln

-

- Sehat

Sehat

-

7. Pola Kebiasaan sehari-hari
Ibu mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga , pekerjaan yang biasa dilakukan seperti memasak, mencuci, menyetrika, mengepel, menyapu dan megurus anak.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum :

- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Suhu / nadi : 36°C / 84 x /mnt
- RR : 22 x / menit
- Berat badan : 53 kg
- Tinggi badan : 158 cm

2. Pemeriksaan fisik :
- Rambut : bersih, hitam, lurus.
- Muka : wajah tampak cemas, doasma gravidanun (-)
- Mata : Icterus (-) conjungtiva tidak anemis
- Hidung : bersih, polip (-)
- Telinga : bersih, sekret (-)
- Mulut : bibir tidak pucat, stomatitis (-)
- Gigi : tidak caries, tidak berlubang
- Leher : pembesaran keienjar limfe -/-, kelenjar tiroid -/-
- Payudara : simetris, hiperpivmentasi, aerola mamae (-) putting susu menonjol
- Perut : pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas operasi
- Vulva : tanda barthofirnitis (-), pengeluaran darah (+), bekas jaringan parut
Pada perut.

3. Pemeriksaan khusus
- Infeksi : perut agak membesar, linea nigra (+), striae Iivide (+), luka parut (-)
- Pafpasi : Tfu 2 jari atas simpisis
- Auskultasi : dll (-)

4. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium HB 11,5 gram %
 Dilakukan pemeriksaan USG

5. Tindakan dan terapy
Pemberian amoxilin 3 x 1
Asam mefenamat 3 x I
II. Identifikasi Masalah / Diagnosa

Tanggal/jam Diagnosa/masalah/Kebutuhan Data Dasar
28-07-2007
Pk. 16.00 WIB G III P 100021 dengan abortus incomplete

Masalah:
Cemas sampai dengan tindakan curetase
DS
 Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan
DO
 KU ibu baik
 TTV
Tensi : 110/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 84 x/mnt
Resp : 22x/mnt
Keluar darah pervaginam (+) sedikit
Ds :P asien tampak gelisah
Do : Ku baik
IIII. Antisipasi Masalah Potensial

Perdarahan

IV. Identifikasi kebutuhan segera

- Kolaborasi dengan dokter obgyne
- Observasi TTV
- Pasien dipuasakan

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Abortus Incomplete (keguguran bersisa) merupakan abortus yang ditandai dengan adanya pembukaan cervik, keluarnya jaringan sebagian dan sebagian masih tertinggal di dalam kandungan serta perdarahan pervaginam dalam jumlah yang banyak.
Salah satu gejala yang terpenting adalah setelah terjadinya abortus dengan pengeluaran jaringan. Perdarahan berlangsung teruas menerus selain itu servik tetap terbuka karena masih ada benda asing di dalam rahim maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi.

4.2. Saran
1. Bagi tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan peran bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana kebidanan lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Bidan harus meningkatkan kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan lainnya, klien dan keluarganya.

2. Bagi klien dan Masyarakat
Untuk keberhasilan Asuhan kebidanan diperlukan kerjasama yang baik dari klien dalam usaha memecahkan masalah klien.

3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu menguasai materi sebelum terjun ke lahan praktek.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arief , 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ke-3. media Asculapius. Jakarta

Erica Ruyston. 1989. Pencegahan kematian Ibu Hamil. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta

Rustam Muchtar. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Penerbit EGC. Jakarta

Henderson, Cristine Kathleen Jones. 1997. Konsep Kebidanan. EGC. Jakarta

askebPADA Ny ”A” DENGAN AKSEPTOR KB GANTI CARA DARI SUNTIK KE ORAL PIL EXLUTON

BABI
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam lebih dan empat darsa warsa terakhir ini, teknologi kontrasepsi telah berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut mulanya sejalan dengan kebutuhan untuk mengata si masalah pertumbuhan penduduk. Sehingga hampir semua perkembangan teknologi kon trasepsi sangat tergantung keberhasilan dan aspek pengendalian penduduk. Oleh karena itu, perkembangan teknologi kontrasepsi awalnya kurang melihat bahwa pemilihan obat atau alat kontrasepsi aclaiah bagian dan hak-hak reproduksi. Sehingga setiap pasangan suami -istri dapat mempunyai pertimbangan yang matang sesuai kepentingan mereka.
Dengan lain kata, kontrasepsi adalah alat atau obat untuk mewujudkan hak-hak asasi seseorang dlan bukan hanya salah satu untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Data terakhir SDKT 2002 — 2003 menunjukkan bahwa angka prevensi kontrasepsi injeksi menduduki rangking pertama (27,8 %). Disusul pil (13,2 %), IUD (6,5 %), implant (4,3 %) dan metode operasi wanita (3,7 %) dan pria (0,4 %) serta kondom (0,7 %) dan cara-cara lainnya. Dan data mi menunjukkan bahwa prevalensi karena kontrasepsi hormonal adalah mencapai 45,3 % dan total prevalensi yang tingginya adalah 60 %. Dengan lain kata, metode hormonal secara keseluruhan mendominasi kebutuhan kontrasepsi yaitu mencapai tiga perempat (/4) kebutuhan kontrasepsi secara nasional. Akhir-akhir mi jenis dan jumlah produksi kontrasepsi khususnya kontrasepsi hormonal di Indonesia seinakin meningkat.
Di sisi lain, masalahnya ialah bahwa perkembangan teknologi kontrasepsi hormonal semakin meluas, tetapi pemahaman tentang perkembangan kontrasepsi hormonal bagi perempuan masih sangat kurang. Perkembangan baru tersebut perlu diikuti terus menerus sehingga peserta KB dapat memiliki lebih banyak pilihan dan informasi tetap “up to date” (Teknologi Kontrasepsi Terkini 2005).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan dapat mampu mempunyai pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien KB dengan metode pil Exiuton.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu:
1. Melakukan pengkajian (pengumpulkan data) pada ibu KB dengan metode pil
2. Mengidentifikasi masalah (diagnosa) padaibu KB dengan metode pil.
3. Menentukan antisipasi masalah potensial pada ibu KB dengan metode pil
4. Mengidlentifakasi kebutuhan segera pada ibu KB dengan metode pil
5. Menentukan rencana asuhan kebidanan disertai rasionalisasi dan intervensi pada ibu KB dengan metode pil
6. Mengimplementasikan asuhan yang telab ditentukan sesuai dengan kebutuhan ibu KB dengan metode pil
7. Mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang telah diberikan pada ibu KB dengan metode pil.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktudan penulis maka makalah ini dibatasi pada Asuhan Kebidanan pada Ny. “S” Akseptor Baru dengan Ganti Cara dari Suntik ke Pil Exiuton.
1.4 Lokasi dan Waktu
1.4.1 Lokasi
Asuhan kebidanan mi dilaksanakan di BPS Surabaya
1.4.2 Waktu
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan ini pada tanggal 10-07-2007 jam 18.00- 18.30 W]B.

1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Studi Kepustakaan
Penulis membekali diri dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan KB metode pil
1.5.2 Praktek Langsung
Penulis membenikan asuhan kebidanan kepada klien secara langsung pada tanggal 10-07-2007 jam 18.00-18.30 WIB.
1.5.3 Bimbingan dan Konsultasi
Dalam penyusunan makalah in i, penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing praktek dan pembimbing pendlidikan.

1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1 2 Tujuan Penulisan
1.2.1 TujuanUmum
1.2.2 TujuanKhusus
1.3 Batasan Masalah
1.4 LokasidanWaktu
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 StudiKepustakaan
1.5.2 Praktek Langsung
1.5.3 Bimbingan dan Konsultasi
1.6 Sistematika Penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keluarga Bereneana (KB)
2.1.1 Definisi Keluarga Berencana
2.1.2 Tujuan
2.1.3 Target Demografis
2.1.4 Komponen Dalam Pelayanan Kependudukan/KB
2.1.5 Langkah-langkah Konseling KB (Satu Tuju)
2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi
2.2.1 Pengertian
2.2.2. Syarat-syarat Metode Kontrasepsi yang Harus Dipenuhi
2.2.3 Faktor-faktor Dalam Memilih Metode Kontrasepsi
2.2.4 Macam-macam Metode Kontrasepsi
2.2.5 Penelitian-penelitian Metode Baru Kontrasepsi
2.2.6 Kontrasepsi Berisi Progestin
2.2.7 Profil Kontrasepsi Pu Progestm
2.2.8 Keuntungan Kontrasepsi Pil Progestin
2.2.9 Kerugian Kontrasepsi Pu Progestin
2.2.10 Mekanisme Kerja Pu
2.2.11 Efektivitas Exiuton Y
2.2.12 Yang Boleh Menggunakan Exiuton
2.2.13 Yang Tidak Boleh Menggunakan Exiuton
2.2.14 Waktu Mulai Menggunakan Exiuton
2.2.15 Beberapa Instruksi Penting Untuk Akseptor Exiuton
2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebiclanan
2.3.1 Pengertian
2.3.2 Proses Manajemen Menurut Helen Varney.
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Interpretasi Data
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera atau Kolaborasi
3.5 Asuhan Kebidanan
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)
2.1.1 Definisi Keluarga Berencana (KB)
Menurut WHO (World Health Organization) Expert Committee 1970
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
1. Mendapatkan obyektif tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval diantara kehamilan
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
6. Menentukanjumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004; 26-27)
2.1.2 Tujuan
Mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
2.1.3 Target Demografi
Penurunan angka fertilitas dan 44 % path tahun 1978 menjadi 22 % pada tahun 1990. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, penggarapan program nasional KB diarahkan pada dua bentuk sasaran:
1. Sasaran iangsung
Yaitu pasangan usia subur (PUS) 15-49 tahun, dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas.
2. Sasaran tidak langsung.
Yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (aiim uiama, wanita, dan pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
2.1.4 Komponen Dalam Pelayanan Kependudukan/KB
Yang dapat diberikan:
1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi (PK)
4. Pelayanan infertilitas
5. Pendidikan seks (sex education)
6. Konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan
7. Konsultasi genetik
8. Test keganasan
9. Adopsi
2.1.5 Langkah-langkah Konseling KB (Satu Tuju)
- SA : Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan
- T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana
- U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya
- TU : Bantulah klien menentukan pilihannya
- J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
- U : Perlunya dilakukan kunjungan ulang
2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi
2.2.1 Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono Prawiroharjo, 2002 : 905).
2.2.2 Syarat-syarat Metode Kontrasepsi yang Harus Dipenuhi
2.2.2.1 Aman
2.2.2.2 Dapat diandalkan
2.2.2.3 Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter
2.2.2.4 Murah
2.2.2.5 Dapat diterima oleh orang banyak
2.2.2.6 Pemakaian jangka lama
2.2.3 Faktor-faktor Dalam Memilih Metode Kontrasepsi
2.2.3.1 Faktor pasangan-motivasi dan rehabilitas
1. Umur
2. Gaya hidup
3. Frekuensi senggama
4. Jumlah keluarga yang diinginkan
5. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6. Sikap kewanitaan
7. Sikap kepriaan

2.2.3.2 Faktor kesehatan-kontraindikasi absolut atau relatif
1. Status kesehatan
2. Riwayat haid
3. Riwayat keluarga
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan panggul
2.2.3.3 Faktor metode kontrasepsi-penerimaan dan pemakaian berkesinambungan
1. Efektivitas
2. Efek samping minor
3. Kerugian
4. Komplikasi-komplikasi yang potensial
5. Biaya
2.2.4 Macam-macam Metode Kontrasepsi
2.2.4.1 Metode sederhana
1. Tanpa alat
1) KB alamiah:
- Natural Family Planning
- Fertility Awareness Methods – Periodik abstinens
- Pantang berkala
- Metode kalender
- Metode suhu badan basal
- Metode lendir serviks
- Metode simpto-termal
2) Coitus interruptus
2. Dengan alat
1) Mekanis (Barrier)
(1) Kondom pria
(2) Barier intra-vaginal:
- Diafragma
- Kap serviks
- Spons
- Kondom wanita
2) Kimia
-Spermisid
- Vaginal cream
- Vaginal foam
- Vaginal jelly
- Vaginal supposituna
- Vaginal tablet
- Vaginal soluble film
2.2.4.2 Metode modem
1. Kontrasepsi hormonal
1) Per oral
(1) Pu oral kombinasi (P0K)
(2) Mini pu
(3) Morning-after pu
2) Injeksi/suntikan
(DMPA, NET-EN, microspheres, microcapsules)
3) Sub-kutis : implant (Alat Kontrasepsi Bahwa Kulit = AKBK)
(1) Implant non-biodegradale (Norplant, Norplant-2, ST-1435, implanon)
(2) Implant bio degradable (cuprunor, pellets)
2. Intra Uterine Divicos (IUD, AKDR)
3. Kontrasepsi mantap
1) Pada wanita
(1) Penyinaran
- Radiasi Sinar-X, radium, cobalt, dan lain-lain
- Sinar laser
(2) Operatif, media operatif wanita:
- Ligasi tuba fallopii
- Elektro-koagulasi tuba fallupii
- Fimbriektomi
- Salpingektomi
- Ovarektomi bilateral
- Histerektomi
- Fimbriotexy (fimbrial cap)
- Ovariotexy
(3) Penyumbatan tuba fallopii secara mekanis
 Penjepitan tuba fallopii
-Hemuclip
-Tubal bandlfalope ring/youn band
-Spring waded clip
-Filshie clip
 Solid plugs (intra tubal devices)
- Solid silastic intra-tubal device
- Polythylene plug
- Ceramic dan proplast plugs
- Dacron dan teflon plugs
(4) Penyumbatan tuba fallopii secara kimiawi:
 Phenol (carbolic acid) compuunds
 Quinacrine
 Methyl-2-Cyano acrylate (MCA)
 Ag-nitrat
 Gelatin-Rusorcinol-Farmaldehyde (GRF)
 Ovabloc
2) Pada pria
(1) Operatifmedis operatifpria
- Vaselusumi!vasektomi tanpa pisau (VTP)
(2) Penyumbatan vas deferens secara mekanis
- Penjepitan vas deferens
- Vasu-clips
- Plugs
- Intra vas divices
> Intra vasal thread (IVT)
> Reversible intravas device (R-IVD)
> Shug
- Vas Values
> Phaser (Biony x control)
> Reversible Intravasal Occlusive Devices (RIOD)
3) Penyumbatan van deferens secara kimiawi
(1) Quinacrine
(2) Ethanol
(3) Ag-nitrat
2.2.5 Penelitian-penelitian Metode Baru Kontrasepsi
Penelitian-penelitian untuk menemukan metode baru kontrasepsi yang lebih efektif, aman dan sebagainya, masih terus berlanjut hingga saat mi, antara lain:
2.2.5.1 Pada wanita
1. Cincin vagina (vagina ring) dengan hormon.
2. Vaksin kontrasepsi/vaksin antefertilitas
3. IUD berdaya kerja panjang dengan hormon prognatin
4. Kriositurgi (cryo-surgery) uterus (bans cernical)
2.2.5.2 Pada pria
1. Gossypol
2. LHRH Analugues
3. Hormon-hormon steroid berdaya kerja panjang
4. Inhibin
2.2.6 Kontrasepsi Berisi Progestin
Kontrasepsi berisi progestin saja meliputi segolongan besar metode kontrasepsi yang semakin hari semakin berkembang dimana pada saat ini telah tersedia antara lain:
1. Mini pil (tablet pil -oral berisi progestin-saja)
2. Suntikan progestin yang long acting
3. Implant
4. IUD berisi progestin (prugestasert)
Mini pil diketemukan pertengahan 1960-an berisi dosis rendah progestin (0,5 mg atau lebih kecil), harus diminum setiap han juga selama haid (tidak ada interfal bebas hormon diantara sikius haid). Progestin yang terdapat di dalam mini pu terdiri dan 2 golongan, yaitu:
1. Analog progesterone
1) Chlormadinone Asetat Jarang dipakai. dapat menyebabkan
2) Megestrol Asetat J benjolan path payudara
2. Derivat testosterone
(19-nursteruids) diketemukan 1970-an dan dipakai sampai saat ini
1) Nerothindrone
2) Norgestrol
3) Ethynudiol
4) Lunestrenol (Exiuton)

2.2.7 Profil Kontrasepsi Pu Progestin (Mini Pil)
2.2.7.1 Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB
2.2.7.2 Sangat efektif pada masa laktasi
2.2.7.3 Dosis rendah
2.2.7.4 Tidak menurunkan produksi ASI
2.2.7.5 Tidak memberikan efek samping estrogen
2.2.7.6 Efek samping utama adalah gangguan perdarahan, perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur
2.2.7.7 Dapat dipakai sebagai konrasepsi darurat
2.2.8 Keuntungan Kontrasepsi P1L Progestin
2.2.8.1 Sangat efektif bila digunakan secara benar
2.2.8.2 Tidak mengganggu hubungan seksual
2.2.8.3 Tidak mempengaruhi ASI
2.2.8.4 Kesuburan cepat kembali
2.2.8.5 Nyaman dan mudah digunakan
2.2.8.6 Sedikit efek samping
2.2.8.7 Dapat disuntikkan setiap saat
2.2.8.8 Tidak mengandung estrogen
2.2.9 Kerugian-kerugian P1L Progestin
2.2.9.1 Kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan pu-oral kombinasi
2.2.9.2 Perdarahan bercak (spoting) atau gangguan haid
2.2.9.3 Kadang-kadang amenore, pusing, dermatitis ataujerawat
2.2.9.4 Kurang efektif dalam mencegah kehamilan ektopik
2.2.9.5 Lupa minum 1 atau 2 tablet atau kegagalan dalam absorpsi oleh sebab muntah atau diare, sudah cukup untuk meniadakan proteksi kontraseptifnya
2.2.9.6 Peningkatanlpenurunan berat badan
2.2.9.7 Efektifitasnya rendah bila digunakan bersama dengan obat TBC atau epilepsi 2.2.9.8 Tidak melindungi din dan infeksi menular seksual atau HI V/AIDS
2.2.9.9 Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan path daerah muka) tetapi sangat jarang terjadi
2.2.10 Mekanisme Kerja Exiuton Eksenton
Cara kerja mini pu belum jelas benar tergantung pada kombinasi beberapa mekanisme, antara lain:
1. Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa sikius
2. Perubahan dalam mutilitas tuba
3. Perubahan dalam fungsi curpus luteum
4. Perubahan lendir serviks yang mengganggu motilitas atau daya guna hidup spermatozoa
5. Perubahan thlam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin terjadi

2.2.11 Efektivitas Exluton
1. Akseptor mini pu mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi hamil dibandingkan dengan akseptor pu oral kombinasi
2. Theorifical effectiveness : 0— 2,1 % Use effectiveness 0,9 — 9,6 %
3. Menggunakan mini pu dengan teratur jauh lebih penting dibandingkan dengan P0K (Pu Oral Kombinan) mini pu harus diminum tiap hari, dan sebaiknya pada waktu yang sama setiap harinya
4. Banyak penelitian menunjukkan terjadinya kehamilan karena lupa minum 1 atau 2 tablet atau karena absorpsinya terganggu oleh sebab muntah atau diare.
2.2.12 Yang Boleh Menggunakan Exiuton
1. Usia produktif
2. Telah memiliki anak, atau yang belum
3. Menginginkan suatu metode kontnasepsi yang sangat efektif selama peniode menyusui
4. Pasca persalinan dan tidak menyusui
5.. Pasea keguguran
6. Perokok segala usia
7. Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah
8. Tidak boleh menggunakan estrogen atau Iebih senang tidak menggunakan estrogen

2.2.13 Yang Tidak Boleh Menggunakan Exiuton
1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
4. Menggunakan obat tuberchulosis (rifampisin), atau obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
5. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
6. Sering lupa menggunakan pil
7. Mion uterus, progestin memicu pertumbuhan mion uterus
8. Riwayat stroke, progestin menyebabkan spasme pembuluh darah
2.2.14 Waktu Mulai Menggunakan Exiuton
1. Mulai hari pertama sampai han ke-5 sikius haid, tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain
2. Dapat digunakan setiap saat, asal tidak terjadi kehamilan
3. Bila klien, tidak haid, mini pu dapat digunakan setiap saat, asal saja yakin tidak hamil
4. Bila menyusui antara 6 mg dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid mini pil dapat dimulai setiap saat
5. Bila lebih dan 6 bulan pasca persalinan dan klien telah mendapat haid, mini pil dapat dimulai pada han ke 1-5 sikius haid
6. Mini pil dapat diberikan segera pasca keguguran
7. Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan mini pil dapat segera diberikan dan nyakin ibu tidak hamil
8. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan mini pil dapat diberikan pada jadwal suntikan sebelumnya
9. Bila kontrasepsi sebelumnya kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan mini pil dapat diberikan path han ke 1-5 siklus haid
10. Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan AKDR (yang mengandung hormon) mini pil dapat diberikan pada han ke 1-5 sikius haid

2.2.15 Beberapa Instruksi Penting Untuk Akseptor Pil Exiuton
1. Harus ada metode/alat kontrasepsi sedangkan seperti kondom, diafragma, spermiasid, yang dapat digunakan pada:
1) Saat menunggu untuk mulai dengan pu extuton
2) Tujuh ban pertama setelah mulai pu exluton
3) Waktu lupa minum 1 tablet mini pil, maka harus menggunakan alat kontrasepsi cadangan untuk 48 jam
2. Minumlah satu tablet setiap hari sampai bungkus mini pilnya habis, lalu segera mulai dengan bungkus baru keesokan harinya jangan lewati satu haripun dan waktu terbaik minum adalah saat makan malam
3. Bila lupa minum 1 tablet, segera minum 2 tablet saat teringat bila terlambat> 3 jam minum tabley exiuton, gunakan alat kontrasepsi cadangan untuk 48 jam berikutnya
4. Bila lupa minum 2 tablet exiuton berturut-turut, segeralah pakai alat kontrasepsi cadangan, sambil minum 2 tablet untuk 2 han berturutturut. Bila haid tidak terjadi dalam 4-6 minggu segera periksakan diri.
5. Selalu dicatat sikius haid selama minum pu exiuton bila> 45 han haid tidak terjadi, segera penksakan diri
6. Bila terjadi perdarahan bercak atau perdarahan intermunstrual tetaplah minum pil exluton sesuai peraturannya
7. Bila sakit disertai muntah, diare atau kedua-duanya, segera pergunakan alat kontrasepsi cadangan bersama-sama dengan pil ex1uton sampai 48 jam, setelah sembuh dan penyakitnya.
8. Bila ingin hamil lagi, hentikan pil exluton pil dan gunakan metode kontrasepsi lain seperti kondom untuk 2-3 bulan menghentikan pil exluton akan menyebabkan kembalinya sikius haid yang alamiah
9. Menghentikan pil exluton dapat dilakukan setiap saat tetapi harus diingat bahwa perlindungan dan exluton pil tidak berlanjut terus setelah exluton pil dihentikan segera gunakan metode kontrasepsi lain pada hari berikutnya
10. Periksakan diri secara teratur, paling sedikit setahun sekali (tekanan darah, pap smear, payudara dan kandungan)
11. Perhatikan tanda-tanda bahaya dan kontrasepsi pu oral terutama bila terjadi rasa sakit pada perut bagian bawah
2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
2.3.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
2.3.2 Proses Manajemen Menurut Varney (1997)
Proses manajemen terdiri dan 7 (tujuh) langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan terakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Vamey adalah sebagai benkut:
1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lingkup yaitu:
1) Riwayat kesehatan
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4) Memnjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi
2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial mi benar-benar terjadi.
4. Langkah IV: Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Langkah im merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh mi hams rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klen.
6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ke enam iini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan seeara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan selurulmya atau sebagian oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya.
7. Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Informasi Pelayanan Kontrasepsi, 1995. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Manuaba, Ida Bagus Ode. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan. 2002. Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus.
Syaifuddin Abdul Ban (ed), 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa (ed), 2002. Ilmu Kebidanan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo.

INFO – imunisasi

Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan secara aktif pada bayi atau anak terhadap penyakit tertentu, dengan memasukkan vaksin Manfaat imunisasi untuk Daya tahan / kekebalan tubuh anak meningkat. Serta Pencegahan timbulnya beberapa penyakit EFEK SAMPING IMUNISASI 1. DPT Ringan : bengkak/nyeri pada daerah suntikan Berat : Menangis hebat > 4 jam, kejang,syok. 2. Campak : kemerahan pada daerah suntikan, panas, borok. 3. BCG : borok KEGUNAAN VAKSIN Vaksin BCG untuk mencegah penyakit TBC . Vaksin DPT untuk mencegah pemyakit Dipteri , Pertusis, Tetanus. Vaksin Polio untuk mencegah penyakit Polio. Vaksin Campak untuk mencegah penyakit Campak ( Gabagen). imunisasi_difteri Vaksin Hepatitis B, untuk mencegah penyakit Hepatitis ( Radang hati). Foto di bawah ini menunjukkan seorang anak terserang Hepatitis B . hepatitisb Mengetahui jadwal imunisasi Lihat Jadwal yang telah disarankan oleh Tenaga Kesehatan/Bidan pada KMS Balita anda. Jika kondisi anak anda sakit saat jadwal imunisasi , tetaplah datang dan sampaikan kondisi balita anda. Tenaga Kesehatan/Bidan akan memberikan solusi yang tepat untuk balita anda. DI MANA IMUNISASI DAPAT DIPEROLEH Rumah sakit Puskesmas BKIA/Rumah Bersalin Posyandu Bidan Praktek Swasta Praktek Dokter Swasta (terutama dokter spesialis anak ) DAFTAR PUSTAKA “llmu Kesehatan Bayi dun Buliru ” . Depkes Prawirohario, Sanvono, ” Asuhan Maternal dun Neonatal “, YBPSP, Jakata : 2002. Samik, Wahab, A. Prof, Dr, dr, SpA(K). “sistim imun, imunisasi dan penyakit umum” , Widya Mqdika . Varney, Helen, ” Buku Saku Bidan “, Penerbit buku kedokteran, Jakarta : 2001.

ASKEB IUD – SPIRAL

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori IUD dan Pemakai IUD
2.1.1 Pengertian IUD
2.1.1.1 Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan (BKKBN, 2003).
2.1.1.2 Suatu alat yang terbuat dari palstik atau tembaga yang dimasukkan kedalam rahim oleh seorang dokter untuk jangka waktu yang lama (WHO, 2004).

2.1.2 Jenis IUDiud-history-bmp
Jenis IUD yang ada di Indonesia antara lain :
2.1.2.1 Cooper – T
Berbentuk T terbuat dari bahan polyethelen dimana dibagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek anti fertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
2.1.2.2 Cooper – 7
Berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm, ditambahkan gulungan tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan tembaga halus pada jenis Cooper – T.

2.1.2.3 Multi Load
Terbuat dari plastik atau polyethelen dengan dua tangan, kiri dan kanan terbentuk sayap yang fleksibel. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga untuk menambah efektifitas.
2.1.2.4 Lippes Loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan lain dari AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab terbuat dari bahan plastik (Maryani, 2004).

2.1.3 Pengertian Pemakai IUDspiral
Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang menggunakan alat kontrasepsi IUD mencegah atau menghindari kehamilan (BKKBN, 2003).

2.1.4 Yang dapat menggunakan dan yang tidak diperkenankan menggunakan IUD.
Yang dapat menggunakan IUD adalah : usia reproduksi, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, menyusui, setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari IMS, tidak menghendaki metode hormonal, dan tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
Sedangkan yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil), perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi), sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, sevisitis), tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita Penyakit Radang Panggul atau abortus septik, kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim, kanker alat genital, dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2003).

2.1.5 Keuntungan dan Keterbatasan IUD
Keuntungan memakai alat kontrasepsi IUD banyak sekali diantaranya : memerlukan hanya satu kali motivasi dan pemasangan, tidak ada efek sistemik, dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang, kegagalan yang disebabkan karena kesalahan akseptor tidak banyak, efektifitas tinggi, kesuburan dapat pulih kembali (reversible), dan juga ekonomis (Mochtar, 1998).
Sedangkan keterbatasan IUD antara lain : diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi ginetalia sebelum pemasangan IUD, diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan IUD, klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, pada penggunaan jangka panjang bisa terjadi aminorhea, dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (<>

2.1.6 Waktu Pemasanganiud41
IUD dipasang diluar hamil dan saat selesai menstruasi. Pemasangan program post partum belum memuaskan karena banyak terjadi ekspulsi dan masyarakat segan untuk kembali.
2.1.6.1 IUD dapat dipasang pada :
1. Bersamaan dengan menstruasi
2. Segera setelah bersih menstruasi
3. Pada masa akhir menstruasi
4. Tiga bulan pasca puerperium
5. Bersamaan dengan seksio secaria
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage
7. Hari kedua – ketiga pasca persalinan (Manuaba, 1998).
2.1.6.2 Tidak dapat dipasang pada :
1. Terdapat infeksi genetalia
a. Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi
b. Keadaan patologis lokal : flungkle, stenosis vagina, infeksi vagina.
2. Dugaan keganasan serviks
3. Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas
4. Pada kehamilan : terjadi abortus, mudah perforasi, perdarahan, infeksi (Manuaba, 1998).
2.1.7 Prosedur Klinik Proses Pemasangan IUD
2.1.7.1 Pencegahan Infeksi
Untuk mengurangi risiko infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada klien petugas klinis harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi dengan cara sebagai berikut :
1. Tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.
3. Bila perlu, minta klien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan pemeriksaan panggul.
4. Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan steril.
5. Setelah memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.
6. Memasukan AKDR dalam kemasan sterilnya.
7. Gunakan teknik “tanpa sentuh” pada saat pemasangan AKDR untun kengurangi kontaminasi kavum uteri.
8. Buang bahan-bahan terkontaminasi.
9. Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan (Saifuddin, 2003).

DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.

BKKBN. 2003. Umpan Balik Laporan Pencapaian Program KB Nasional Propinsi Jawa Timur. Surabaya : BKKBN.

Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta : EGC.

Hartanto, Hanafi. 2004. KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Iswarati. 2003. KB, KP, Gender dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta : BKKBN.

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakata : EGC.

Maryani, Heti. 2004. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi Wanita, (internet). 5th October.
Available from http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032002/PUS-1.html.
Accesed (Jan 10th 2005).

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC.

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMPSI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Angka Kematian Maternal (AKM) dan Angka Kematian Perinatal (AKP) merupakan parameter keberhasilan dalam pelayanan obstetric. Menurut SKRI tahun 2002 AKM 208/100.000 kelahiran. Disamping perdarahan dan infeksi, preeklampsia, serta eklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang (Manuaba, 1998)
Preeklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Edema juga dapat terjadi (WHO, 2001).
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan menderita preeklampsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit, primigravida, grandemultigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu dan obesitas.
Di RSU Dr. Soetomo Surabaya didapatkan kasus ibu hamil dengan preeklampsi sebanyak 65 kasus pada tahun 2005 yang terbagi dalam preeklampsi ringan dengan hipertensi, odema dan proteinuriserro tidak diketahui tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat dapat timbul preeklamsi berat, bahkan eklampsia.
Berdasarkan latar belakang dan faktor risiko di atas, masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka kejadian preeklamsia, Maka penulis merasa perlu untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan preeklamsi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul “studi karakteristik ibu hamil dengan preeklamsia.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Karakteristik Ibu Hamil
Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, tengkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. (Widianingrum , 1999). Menurut Efendi, demografi berkaitan dengan stuktur penduduk, umur, jenis kelamon dan status ekonomi sedangkan data kulturalmengangkat tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya.
2.1.1. Usiahamil USG
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. (Hurlock , 1995)
2.1.2. Paritas
Banyaknya anak yang dimiliki ibu dimulai dari anak yang pertama sampai anak yang terakhir. (Henderson , 2005). Kondisi rahim dipengaruhi juga oleh jumlah anak yang dilahirkan. (Cristina , 1996)
2.1.3. Pendidikan
Proses pengembangan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran pelatihan.
2.1.4. Berat Badan
Ukuran berat individu dalam satuan kilogaram.

2.2. Konsep Dasar Preeklamsia
2.2.1. Batasan Preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. (Bobak , 2004)
Preeklampsi ialah penyakiy dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan. Tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.
2.2.2. Etiologi Preeklampsia
Sampai saat ini, etiologi pasti dari Peeeklampsia atau eklampsi belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut diatas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the disease of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
2.2.2.1. Peran protasiklin dan tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan prostasiklin (PGI2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2.2.2.2. Peran faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentuka blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
2.2.2.3. Peran faktor Genetik/familitimbang
Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian preeklampsia dan eklampsia antara lain :
a. preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
b. terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi dan eklampsi.
c. kecenderungan meningkatnya meningkatnya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsi dan eklampsi.
d. peran Renin Angiostensin Aldosteron System (RAAS)
2.2.3. Patologi Preeklampsia
Preeklampsia ringan jarang sekali menyababkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologi berasal dari penderita eklampsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologi pada alat-alat itu pada penderita preeklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklampsia. Perlu dikemukakan disisni bahwa tidak ada perubahan histopatologik yang khas pada preeklampsia dan eklampsia. Perdarahan, infark, nekrosis dan trombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut.
2.2.4. Gambaran Klinik Preeklampsia
2.2.4.1. Hipertensi
Gejala yang terlebih dahulu timbul ialah hipertensi yang terjadi secara tiba-tiba, sebagai batas diambil tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, tapi juga kenaikan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg diatas tekanan yang biasa merupakan petanda.
Tekanan darah sistolik dapat mencapai 180 mmHg dan diastolik 11o mmHg, tetapi jarang mencapai 200 mmHg. Jika tekanan drah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi asensial.
2.2.4.2. Oedem
Timbulnya oedem didahului oleh pertambahan berat badan yang berlebihan. Pertambahan berat 0,5 kg pada seseorang yang hamil dianggap normal, tetapi jika mencapai 1kg per minggu atau 3 kg dalam satu bulan , preeklampsi harus dicurigai. Oedem ini tidak hilang dengan istirahat.
2.2.4.3. Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> positif 2 dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam. Proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam.
2.2.4.4. Gejala-gejala subyektif
a. sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedem otak.
b. nyeri ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorhagia atau oedem atau sakit karena perubahan pada lambung.
c. gangguan penglihatan, penglihatan menjadi kabur. Gangguan ini disebabkan karena vasospasme, oedem atau ablasioretina.

2.2.5. Klasifikasi Preeklampsia
2.2.5.1. Preeklampsia ringan.
a. tekanan darah sistolik 140 mmHg atau kanaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
b. tekanan darah diastolik 90 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
c. kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam satu minggu.
d. proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkay kualifikasi positif 1 sampai positif 2 pada urin kateter atau urin aliran tengah.
2.2.5.2. Preeklampsia berat
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hanil sudah dapat digolongkan preeklampsia berat :
a. tekanan darah 160/110 mmHg.
b. oliguria, urin kurang dari 400cc/24jam.
c. proteinuria lebih dari 0.3 gr/liter.
d. keluhan subyektif ; nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, oedem paru dan sianosis, serta gangguan kesadaran.
e. Pemeriksaan ; kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina dan trombosit kurang dari 100.000/mm
Peningkatan gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjuk akan terjadi eklampsia. Preeklamsia pada tingkat kejang disebut eklampsia.

2.2.6. Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas rendah bagi ibu dan bayinya. Walaupun terjadinya preeklampsia sulit dicegah, namun preeklampsia dan eklampsia umumnya dapat dihindari dengan mengenal secara dini penyakit itu dengan penanganan sedini mungkin.
Pada umumnya diagnosis preeklampsia didasarkan atas adanya dua dari trias tanda utama yaitu ; hipertensi, oedem dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan statistik, tetapi dapat merugikan penderita karena tiap tanda dapat merupakan petanda meskipun ditemukan tersendiri. Adanya satu tanda harus menimbulkan kewaspadaan karena perkembangan penyakit tidak dapat diramalakan dan bila eklampsi terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin jauh lebih buruk. Tiap kasus preeklampsi harus ditangani dengan sungguh-sungguh.
Diagnosis diferensial antara preeklampsi dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesulitan. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda atau 6 bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan fundoskopi juga berguna karena perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada preeklampsia, kelainan tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong, proteinuria pada preeklampsi jarang timbul sebelum triwulan ke-3, sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Test fungsi ginjal juga banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal normal pada preeklampsia ringan.

2.2.7. Penanganan Preeklampsia
2.2.7.1. Preeklampsia ringan
a. jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
 pantau tekanan darah, proteinuria, reflek patela dan kondisi janin
 lebih banyak istirahat
 diat biasa
 tidak perlu diberi obat-obatan
 jika dirawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
- diet biasa
- pantau tekanan darah 2 kalisehari, proteinuria 1 kali sehari
- tidsak perlu obat-obatan
- tidak perlu diuretik, kecuali terdapat oedem paru atau gagal ginjal akut
- jika tekanan distolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan, nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsi berat, kontrol 2 kali seminggu, jika tekanan darah diastolik naik lagi, rawat kembali.
- Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat.
- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
b. jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
- jika serviks matang lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
- Jika serniks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter foley atau terminasi dengan seksio sesarea.

2.2.7.2. Preeklampsia berat dan eklampsia
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalina harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada preeklampsia.
a. penanganan kejang
- berikan obat anti konvulsan
- perlengkapan untuk penanganan kejang ( jalan nafas, sedotan, masker oksigen, dan oksigen )
- lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- aspirasi mulut dan kerongkongan
- baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk mengurangi aspirasi.
- Beri oksigen 4-6 liter per menit
b. penangan umum
- jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan distolik diantara 90-100 mmHg
- pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge >1)
- ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
- kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan protein
- jika jumlah urin < 30 ml per jam ; infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam, pantau kemungkinan oedem paru
- jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kamatian ibu dan janin
- observasi tanda-tanda vital, refleks patela dan denyut jantung janin setiap jam.
- Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedem paru. Jika ada oedem paru stop pemberian cairan dan berikan diuretik, misalnya furosemide 40 mg IV
- Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside, jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta : PT. Rineka Cipta

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Bobak, Lowdermilk dan Jensen. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Bidan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. 2002 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nursalam dan Pariani. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC

Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Purnomo, W. 2002. Hard Out Metodologi Penelitian. Surabaya

Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR – POGI

Winkjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.